Propertidesain.com (Jakarta) – Seseorang dengan profesi arsitek biasanya membuat buku tentang keilmuan, atau tentang karya-karyanya. Berbeda dengan Ren Katili. Novel menjadi medianya untuk mengekspresikan energi kreatifnya. Sebuah anomali yang ternyata baginya begitu natural. Bila bercanda dia akan bilang kalau ini adalah caranya merengkuh “midlife crisis”.
Bukan Garis Lurus menjadi judul dari novel perdana dan debut pertamanya menulis karya dengan menyusun kata demi kata untuk mengapresiasi perubahan, pertumbuhan, dan banyak kejadian dalam hidupnya yang dia rasa pantas mendapatkan penghargaan. “Memang berangkat dari tahapan kehidupan. Bahkan saya mengacu pada buku diary saya yang menunjukkan lintasan waktu dari masa ke masa, tetapi ceritanya tentu ada banyak pergeseran, perubahan, dan karangan fiksi untuk tujuan menjadikannya lebih dalam dan menarik.” jelas Ren Katili yang selama ini dikenal sebagai arsitek dari sebuah biro bernama Studio ArsitektropiS.

Untuk novel ini Ren mempercayakan penerbitannya ke Omah Library.”Selalu mendukung Ren untuk karya ini, karena.meskipun novel, tetapi ternyata memiliki kedalaman isi yang sangat berguna bagi arsitek juga. Ini menjadi wujud keragaman kreativitas seorang arsitek yang harus selalu kita dukung,” tutur Realrich Syarief, Principal Omah Library.

Judul novel yang kemudian disingkat menjadi BUGARU ini menjadi satu jenama yang juga menjadi wadah bagi Ren Katili mengeksplorasi gaya hidup. Bersamaan dengan peluncuran novel kali ini Ren juga menghadirkan beberapa varian parfum yang menjadikannya selalu teringat dengan kota-kota penting yang ada di novel. Selain novel juga ada tas tote dari kulit yang memiliki desain khusus dan unik yang khas dan cocok sekali dengan karakter utama di Novel Bugaru ini.

“Bagi saya, pengalaman mengedit tulisan Ren ini sangat menguras emosi. Menjaga jarak dengan apa yang dibaca’jelas sangat susah dilakukan. Di tengah-tengahnya saya harus menangis untuk meluapkan semua emosi yang terpicu dari penuturan Ren dari kata ke kata,” Tutur Dyah Sunthy yang menjadi editor noveliini.

“Saya sangat mengapresiasi Ren yang tidak menyerahkan desain cover novelnya pada Al. Ada pemikiran mendalam secara konseptual yang perlu ada dalam mewujudkan ilustrasi yang sesuai. Bukan proses yang sulit, karena saya juga sudah mengenal Ren sejak lama. Pemahaman kreatifnya bisa cepat terjalin,” Tommy A Siagian, ilustrator cover menceritakan. Menurut Ren, dengan format novel semua bisa hadir dalam deskripsi yang artistik. Bahkan arsitektur pun bisa dijelaskan dengan beragam sensasi indrawi yang tidak bisa terceritakan ketika disampaikan dengan cara buku arsitektur bercerita.
Cerita tentang kehidupan seorang arsitek yang berjuang dari bawah, kisah cinta yang mengharu bin… dan pada akhirnya semua adalah sebuah wujud kasih yang dia punya untuk setiap kejadian dalam hidupnya. Surat cinta buat hidup yang sama sekali bukan garis yang lurus.

